Seberapa Penting Kecerdasan Emosional (EI/ EQ) dalam Dunia Kerja?

Seberapa Penting Kecerdasan Emosional (EI/ EQ) dalam Dunia Kerja?
Pernahkah Anda membanding-bandingkan bahwa rekan kerja Anda lebih bagus kinerjanya, atau bisa dibilang lebih sukses, padahal mungkin dia tidak sepintar rekan kerja Anda yang lainnya. Mungkin Anda bertanya-tanya, penasaran, dan bisa jadi bahkan curiga akan hal itu. Ternyata kebanyakan orang memang berpandangan demikian, bahwa kepintaran hanya diartikan sebatas intelektual, yaitu kecerdasan intelektual (IQ). Sebenarnya kepintaran manusia dibagi menjadi Intelligence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Adverse Quotient (AQ), Spiritual Quotient (SQ), Physical Quotient (PQ), dan Money Quotient (MQ).
Mayoritas orang berpandangan bahwa hanya IQ yang dapat menentukan keberhasilan di semua aspek, namun sebenarnya semua komponen kecerdasan mempunyai peran masing-masing dalam menunjang kinerja seseorang. Pada pengaplikasiannya, ada yang dinilai lebih bisa menentukan kinerja seseorang daripada IQ, yaitu EQ/ EI atau kecerdasan emosional. EQ dinilai dapat memprediksi atribut kinerja tertentu pada karyawan yang pada akhirnya dapat membantu organisasi memaksimalkan hasil kinerja. Menurut berbagai penelitian, ditemukan bahwa kecerdasan emosional (EI) merupakan komponen kunci untuk kesuksesan individu (Carrillo, 2019).
Pengertian Kecerdasan Emosional
Sebelum membahas lebih jauh, mari kita pahami sebenarnya apakah kecerdasan emosional itu. Salovey, Mayer & Caruso, p. 197 (2004) (dalam Carrillo, 2019) mengungkapkan bahwa EQ dapat menggambarkan kapasitas seseorang untuk mengelola emosi, dan menggunakan emosi untuk meningkatkan pemikiran. Hal ini termasuk kemampuan secara akurat untuk bisa memahami emosi, untuk mengakses, dan menghasilkan emosi, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan emosional dan intelektual itu sendiri. Kecerdasan emosional umumnya dikatakan mencakup setidaknya tiga keterampilan: kesadaran emosional, atau kemampuan untuk mengidentifikasi dan menamai emosi diri sendiri; kemampuan untuk memanfaatkan emosi-emosi itu dan menerapkannya pada tugas-tugas seperti berpikir dan memecahkan masalah; dan kemampuan untuk mengelola emosi, yang mencakup pengaturan emosi sendiri ketika diperlukan dan membantu orang lain untuk melakukan hal yang sama (“Emotional Intelligence | Psychology Today International,” n.d.).
Ringkasnya Kecerdasan Emosional didefinisikan sebagai kecerdasan atau kemampuan untuk menyadari, memahami, dan mengekspresikan diri sendiri dan berhubungan dengan orang lain, berurusan dengan emosi yang kuat yang mengendalikan impuls seseorang, dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan serta memecahkan masalah yang bersifat pribadi atau sosial (Bar-On, 2006).
Wechsler (1958) (dalam Carrillo, 2019) menganggap bahwa kecerdasan non-kognitif sebagai kemampuan sentral bagi orang untuk membuat keputusan, berfikir logis, dan tingkat kesadaran akan lingkungan mereka. Teori Wechsler melanjutkan dengan menyatakan pentingnya pendekatan non-intellektif untuk mengungkap kemungkinan seseorang untuk berhasil dalam hidup.
Pengaruh Emotional Intelligence terhadap Berbagai Atribut Psikologis dalam Pekerjaan
Carrillo (2019) melakukan penelitian yang mengaitkan pengaruh EQ terhadap kepuasan kerja, performa kerja, dan kelelahan dalam kerja. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa karyawan yang cerdas secara emosional lebih puas dengan pekerjaan, rekan kerja, dan atasan mereka. Kepuasan kerja berkaitan dengan sikap karyawan, karyawan yang mampu mengelola emosi lebih cenderung menjadi pemecah masalah yang lebih baik, memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik, dan kontrol serta konversi emosi negatif yang lebih baik (Adil & Kamal, 2016 dalam Carrillo, 2019).
Cohen & Abedellah (2015) (dalam Carrillo, 2019) mengungkapkan bahwa karyawan yang secara emosional cerdas ternyata kurang rentan terhadap kelelahan kerja (Job Burnout). EQ atau EI adalah variabel dengan komponen yang memungkinkan orang untuk memahami emosi rekan kerja, dan mengelola emosi positif dan negatifnya sendiri. Pekerjaan yang penuh tekanan, lingkungan kerja yang penuh tekanan, serta kepemimpinan yang sulit, semuanya dapat menimbun emosi negatif. Karyawan dengan EI yang lebih tinggi dapat mengatur emosi negatif di tempat kerja tersebut yang memungkinkan daya tahan emosional yang lebih besar.
Karyawan yang cerdas secara emosional ditemukan memiliki kinerja yang lebih tinggi dalam peran pekerjaan mereka. EI terhubung langsung dengan bagaimana seorang karyawan menyebarkan emosi dalam kehidupan secara umum termasuk dalam pekerjaan, hal ini memungkinkan mereka untuk menerapkan upaya dan pengaruh untuk tugas-tugas pekerjaan (Carrillo, 2019).
Kesimpulan dan Saran
Kecerdasan emosional sangat penting untuk keberhasilan suatu organisasi. Untuk itu, organisasi harus memperhitungkan dua komponen utama, yaitu metodologi perekrutan karyawan baru, yang mana menggunakan rangkaian psikotes maupun teknik interview yang tepat. Namun, di sisi lain, tidak ada validasi tes psikometri atau skala kecerdasan emosional yang sudah baku, karena tidak seperti Intelegensi Umum atau “G” Factor yang bisa diukur, kecerdasan emosional menurut berbagai peneliti bukan merupakan konstruk yang sebenarnya, tetapi merupakan suatu cara untuk menggambarkan kemampuan interpersonal (“Emotional Intelligence | Psychology Today International,” n.d.). Meskipun demikian, sangat mungkin untuk dilakukan pengukuran dengan menggunakan psikotes melalui alat tes lain yang sudah baku, yang memiliki benang merah terhadap kecenderungan pengelolaan emosi seseorang.
Maka dari itu, mempekerjakan tenaga profesional harus menggunakan metode legal, etis, dan tepat untuk mendapatkan pekerja dengan EI tinggi. Departemen Sumber Daya Manusia juga harus berusaha memahami posisi mana dalam suatu organisasi yang membutuhkan tingkat EI yang lebih tinggi dan tingkat EI yang lebih rendah. Di sisi lain, perlu dilakukannya pengembangan karyawan yang tepat. Manajemen menengah dan atas harus berusaha memahami opsi pengembangan EI yang tersedia di pasar dan menjalankan rencana untuk mengembangkan karyawan saat ini.
Referensi
Bar-On, R. (2006). The Bar-On model of emotional-social intelligence (ESI). Psicothema.
Carrillo, E. (2019). Emotional Intelligence as A Predictor of Job Satisfaction, Job Burnout, and Job Performance. ProQuest LLC. Saint Leo University. Retrieved from https://search.proquest.com/docview/2307396696?accountid=31533
Emotional Intelligence | Psychology Today International. (n.d.). Retrieved June 8, 2020, from https://www.psychologytoday.com/intl/basics/emotional-intelligence