Mengenal Lebih Dekat : Apa Itu Narsisme?

Mengenal Lebih Dekat : Apa Itu Narsisme?
Fenomena yang saat ini sedang terjadi di dunia, termasuk di Indonesia bahwa teknologi sudah mempunyai dampak pada segala sendi kehidupan. Salah satunya adalah media sosial yang mempunyai tren pertumbuhan yang pesat. Dari total populasi (jumlah penduduk) di Indonesia sebesar : 272,1 juta, sebanyak 175,4 juta adalah pengguna internet dan sebanyak 160 juta adalah pengguna media sosial. Pengguna Youtube di Indonesia sebanyak 88?ri jumlah populasi. Sedangkan pengguna Whatsapp sebanyak 84%, pengguna Facebook 82%, dan pengguna Instagram sebanyak 79%.
Mudahnya akses teknologi di era digital saat ini, seseorang yang gemar berswafoto atau selfie, membuat video, berbagai macam konten lainnya dan mengunggahnya di akun sosial media yang mereka miliki sering kali mendapatkan julukan narsis dari orang sekitarnya. Selanjutnya julukan narsis sendiri sering kali dilihat dari intensitas unggahan yang berhubungan dengan dirinya di sosial media, apakah setiap hari, jam atau bahkan menit dan kita sebagai orang yang melihat pasti sering beranggapan bahwa orang tersebut adalah orang yang narsis. Sebenarnya kata “narsis” tidak dapat ditujukan kepada seseorang dengan sesederhana itu. Lalu mengapa demikian ?
Faktanya, narsis berasal kata “narsistik” yang berasal dari mitologi Yunani mengenai narcissus, seseorang pemuda tampan yang jatuh cinta pada cerminan dirinya sendiri. Narsistik sendiri merupakan salah satu tanda seseorang yang memiliki indikasi gangguan kepribadian atau mental yaitu ketika seseorang secara berlebihan lebih mementingkan diri sendiri, merasa dirinya lebih hebat dari orang lain, dan kurang memiliki empati, namun ketika mendapat kritikan dari orang lain, mudah terluka karena sangat sensitif. Seseorang yang narsistik cenderung akan menganggap dirinya sangat penting dan harus dikagumi serta mendapat perlakuan istimewa dari orang lain.
Ciri-ciri Gangguan Kepribadian Narsistik
Gangguan kepribadian narsistik biasanya mulai terlihat pada saat seseorang menginjak usia remaja atau masa dewasa awal menuju usia dewasa. Menurut DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition) individu dapat dianggap mengalami gangguan kepribadian narsistik jika Ia sekurang-kurangnya memiliki 5 (lima) dari 9 (sembilan) ciri kepribadian sebagai berikut :
- Grandiose view of one’s importance, arrogance
Merasa diri paling hebat namun sering kali tidak sesuai dengan potensi atau kompetensi yang dimiliki dan Ia senang memamerkan apa yang dimilikitermasuk gelar (prestasi) dan harta benda.
- Preoccupation with one’s success, beauty, brilliance
Dipenuhi dengan fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kepintaran, kecantikan atau cinta sejati.
- Extreme need of admiration
Memiliki kebutuhan yang eksesif untuk dikagumi.
- Strong sense of entitlement
Merasa layak untuk diperlakukan secara istimewa.
- Lacks of empathy (Kurang empati)
- Tendency to exploit others
Mengeksploitasi hubungan interpersonal.
- Envy of others
Seringkali memiliki rasa iri pada orang lain atau menganggap bahwa orang lain iri kepadanya.
- Shows arrogant, haughty behavior or attitudes
Angkuh, arogan dan memandang rendah orang lain.
- Believe that she or he is special and unique
Percaya bahwa dirinya adalah spesial dan unik dan berharap orang-orang menganggapnya demikian.
Penyebab Kepribadian Narsistik
Sebenarnya, belum ada yang mengetahui apa penyebab sesorang memiliki sifat narsis seperti gangguan mental lainnya. Namun kemungkinan gangguan kepribadian ini disebabkan oleh pola asuh orang tua seperti :
- Kecenderungan orang tua yang terlalu memanjakan anaknya
- Memaksa anak mengikuti kehendak orang tua atau memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap anak
- Perlakuan kejam terhadap anak seperti orang tua yang sering mengkritik, meremehkan, mengejek rasa takut
- Anak yang sering diabaikan dan kurang mendapat pujian serta kasih sayang
Pengobatan Kepribadian Narsistik
Pengobatan yang mungkin bisa dilakukan terhadap gangguan kepribadian narsistik adalah :
- Dapat dilakukan menggunakan metode terapi, seperti mengunjungi psikolog atau terapi di rumah dengan melibatkan anggota keluarga. Psikoterapi menjadi alternatif untuk metode terapi yang bertujuan untuk membangun harga diri dan membimbing pengidapnya untuk mempunya harapan yang realistis.
- Dapat melakukan aktifitas rutin yang bermanfaat seperti yoga dan meditasi
- Berkomunikasi dengan keluarga dan orang terdekat untuk mendapatkan dukungan orang sekitar dan dilakukan secara rutin.
- Pada anak-anak, disarankan menerapkan pola asuh yang sesuai yaitu tidak berlebihan memberikan pujian dan dilakukan sewajarnya. Sedangkan untuk orang tua yang kurang memberi perhatian, diharapkan untuk meningkatkan perhatian agar anak memiliki kepribadian yang baik.
Sumber Bacaan :
American Psychiatric Association. 1994. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition, DSM-IV-TM. Washington, DC: American Psychiantric Association Press.
Psychologytoday.com (di akses pada 2019). Narcissistic Personality Disorder. Diperbarui pada 14 Agustus 2019
Sumber Gambar :