Job Burnout : Kelelahan Kerja yang Harusnya tidak Boleh Terjadi

Job Burnout : Kelelahan Kerja yang Harusnya tidak Boleh Terjadi
Setiap pekerja atau talent di semua perusahaan pasti memiliki beban kerja, sesuai dengan posisi atau jabatan masing-masing. Namun, bagaimana jika beban kerja yang dimiliki melebihi kapasitas yang kita miliki? Seperti menuang air ke dalam gelas, tentunya akan tumpah jika berlebih. Begitu pula dengan diri kita, kita akan cenderung mengalami kelelahan, pusing, dan jika hal tersebut terjadi terus-menerus akan menyebabkan sindrom psikologis seperti kelelahan emosional, pusing, susah tidur, gelisah, tertekan, putus asa, mudah tersinggung, mudah marah, bersikap kasar, dan ahirnya akan bersikap apatis. Kondisi kelelahan tersebut disebut pertama kali oleh Herbert Freudenberger dengan istilah Job Burnout.
Pengertian
Job burnout menjadi variabel yang telah disorot oleh para ilmuwan selama beberapa tahun terakhir. Masalah ini sebenarnya dapat terjadi dalam lingkup sosial dalam masyarakat dan juga di tempat kerja.
Burnout sering dipertimbangkan dalam kerangka penelitian yang berkaitan dengan stres. Pekerjaan yang membuat stres berkaitan dan disatukan dengan perasaan tekanan daripada job burnout. Di sisi lain, sebenarnya yang “gawat” adalah pekerjaan sebagian besar bersentuhan dengan job burnout daripada hanya sekedar tekanan pekerjaan.
Terdapat beberapa penelitian yang membuktikan bahwa burnout tidak selalu merupakan hasil dari stres yang tinggi. Intinya, job burnout lebih dari sekedar stres kerja. Job burnout sebenarnya terkait dengan hasil dan konsekuensi; seperti kurangnya kebahagiaan dalam pekerjaan, keinginan untuk meninggalkan pekerjaan, gejala tubuh dan tingkat kinerja yang dirasakan dari adanya tekanan pekerjaan.
Ciri-ciri dan Dampak Seseorang Mengalami Job Burnout
Gejala “penyakit” job burnout banyak dan kebanyakan mengira bahwa jenis kelelahan ini dengan kelelahan biasa dan sementara. “Penyakit” ini seperti rasa lelah dan kecemasan internal yang memiliki beberapa efek pada aspek emosional dan fisik individu yang dipekerjakan. Akhirnya dapat menyebabkan pengurangan kesehatan mental dan psikologis dan mengurangi kemampuan atau kinerjanya. Job burnout adalah respon pola pribadi terhadap stres kerja. Jenis kelelahan ini juga berbeda dengan depresi.
Munculnya kelelahan secara emosional, bisa menjadi penanda yang menunjukkan dasar dari ketegangan individu. Menunjukkan perasaan yang menyebabkan berkurangnya kegembiraan individu, terutama jika rasa lelah itu bertahan lama. Dimensi kelelahan emosional dikenali melalui patung fisik (tegang), mental dan emosional. Penelitian telah menunjukkan bahwa kelelahan emosional lebih besar.
Dipersonalisasi menjadi tanda kedua, hal ini terkait dengan respons negatif yang kurang lebih dari individu-individu terhadap kondisi kerja yang berbeda. Menyebabkan penciptaan pandangan negatif, perasaan tidak dapat diterima, dan pada akhirnya menciptakan kesenjangan antara individu dan pekerjaan mereka.
Ciri berikutnya adalah adanya penurunan perasaan pencapaian pribadi, terkait dengan perasaan kurangnya kapasitas dan keberhasilan individu yang terkait dengan pekerjaan.
Cara Mencegah Job Burnout
Rencana pencegahan job burnout menjadi kewajiban individu beserta organisasi yang dinaungi. Rencana individu yang mencegah job burnout biasanya memiliki beberapa program untuk meningkatkan kemahiran pekerjaan, keterampilan pencegahan, dukungan sosial dan latihan relaksasi yang berbeda.
Di tingkat organisasi, rencana ini biasanya berfokus pada metode seperti merekonstruksi tugas-tugas pekerjaan, menganalisis tujuan pekerjaan, mengurangi tuntutan pekerjaan, dan menghadiri pengambilan keputusan yang tidak realistis, menggunakan metode ilmiah dalam memilih dan menunjuk sumber daya manusia (memperketat tes atau proses rekrutmen dan seleksi) agar terwujud the right man in the right place. Tidak kalah pentingnya adalah dengan menyelenggarakan kursus pelatihan yang sesuai, tentu saja pihak SDM harus memperhatikan faktor-faktor seperti perencanaan, perancangan dan pelaksanaan kursus yang harus didasarkan pada hasil statistik pekerjaan
Individu yang paham dan melakukan program pencegahan job burnout biasanya menghadapi lebih sedikit stres, sehingga diharapkan rencana tersebut menghasilkan efek mental positif serta mampu mencegah job burnout.
Referensi
Gorji, M. (2011). The Effect of Job Burnout Dimension on Employees’ Performance. International Journal of Social Science and Humanity, 1(4), 243–246. https://doi.org/10.7763/ijssh.2011.v1.43
Rosyid, H. F. (1996). Burnout: Penghambat Produktivitas yang Perlu Dicermati. Buletin Psikologi, 4(1), 19–25. https://doi.org/10.22146/bpsi.13462