Cognitive Reappraisal di Tempat Kerja: Antisipasi Emosi Negatif?

Cognitive Reappraisal di Tempat Kerja: Antisipasi Emosi Negatif?
Ketika Anda pernah berhadapan dengan berbagai masalah yang membuat Anda kelelahan secara psikis, namun Anda harus berperilaku tetap ramah dan sebisa mungkin tidak menyiratkan masalah Anda ke rekan kerja. Anda melakukan yang disebut oleh Richard Lazarus dan Susan Folkman pada tahun 1984 dengan istilah cognitive reappraisal.
Pada beberapa tahun terakhir, ledakan studi neuroimaging telah menguji cognitive reappraisal, strategi regulasi emosi yang melibatkan pengubahan cara orang berpikir tentang stimulus untuk mengubah dampak afektifnya (emosi/ perasaan). Secara luas banyak studi sepakat bahwa reappraisal (penilaian ulang) mempercayakan daerah kontrol frontal dan parietal untuk memodulasi respons emosional dalam amygdala (Buhle dkk., 2014). Tetapi, bukankah emosi negatif jika tidak diungkapkan akan mengendap menimbulkan stres seperti yang dijelaskan pada artikel Waskita “Toxic Positivity di tempat kerja, apa ya?”
Kedua strategi ini melibatkan tujuan pengaturan emosi yang sangat berbeda dan proses yang berbeda untuk mencapainya. Jika dalam sudut pandang Toxic Positivity, kita menerima benturan dari orang lain terkait emosi yang kita rasakan. Yang mana belum tentu kita sudah mampu mengolah emosi tersebut dengan baik, namun karena ada benturan, kita seolah-olah dipaksa untuk segera menutupi emosi negatif, akhirnya mungkin belum sempat diolah atas kesadaran diri sendiri dengan baik.
Di sisi lain, dalam konsep kognive reappraisal, kita secara sadar, atas kemauan diri kita berusaha untuk mengolah emosi negatif kita dengan menggunakan proses kognitif untuk bisa menerima dan lebih memahaminya. Pada prosesnya mungkin kita sudah melimpahkan emosi negatif kita secara sadar melalui proses pemahaman dalam kognitive reappraisal.
Manfaat
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbaikan dalam kontrol atensi dan cognitive reappraisal memainkan peran kunci dalam manfaat meditasi mindfulness untuk nyeri kronis (Greeson, Eisenlohr-moul, & Approaches, 2016). Berbagai gangguan mental telah diamati memiliki pola penilaian kognitif yang tidak normal pada mereka yang dipengaruhi oleh gangguan tersebut. Studi yang lain telah merinci bagaimana kepribadian dapat memengaruhi cara individu menilai situasi secara kognitif.
Reappraisal memiliki efek jangka pendek penting pada pengalaman emosi, baik negatif maupun positif. Berbagai studi konsisten dalam menyoroti efek positif dari reappraisal pada hasil jangka panjang yang berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan psikologis. Studi laboratorium yang dikontrol ketat, di mana penggunaan reappraisal dimanipulasi secara eksperimental, memperluas studi ini dengan memeriksa efek jangka pendek penilaian ulang pada pengalaman emosi (positif/ negatif) secara subjektif. Misalnya, peserta yang diinstruksikan untuk menggunakan penilaian ulang dalam penelitian eksperimen, secara konsisten melaporkan penurunan signifikan dalam emosi negatif, penurunan relatif terhadap strategi penekanan, dan untuk mengendalikan kelompok yang tidak diinstruksikan guna mengatur emosi mereka (Troy, Brunner, Shallcross, Friedman, & Jones, 2016).
Reappraisal memiliki efek pada kesehatan fisiologis, tetapi tidak signifikan. Pada suatu penelitian, respon fisiologis dari mereka yang melakukan reappraisal tidak dapat dibedakan dari mereka yang berada dalam kondisi kontrol tanpa regulasi. Beberapa studi, bagaimanapun, telah menemukan bahwa reappraisal mengarah pada pengurangan intensi lebih besar dalam respon fisiologis dibanding psikologis.
Apakah mudah untuk dilakukan?
Seberapa mudah individu dapat menggunakan penilaian ulang? Dan berapa banyak sumber daya yang diperlukan untuk menggunakan strategi ini? Studi laboratorium sebelumnya tentang regulasi emosi menunjukkan bahwa penilaian ulang dapat dikaitkan dengan biaya kognitif minimal relatif terhadap kelompok penekan atau kontrol. Misalnya, tidak seperti penggunaan penindasan, penggunaan penilaian ulang tidak berdampak negatif pada memori dan, dalam beberapa kasus, bahkan dapat meningkatkan memori untuk peristiwa emosional. Reappraisal juga telah terbukti meningkatkan kinerja pada tes standar relatif terhadap kelompok kontrol. Cognitive reappraisal tidak membutuhkan usaha kognitif yang signifikan (berat) ketika dilakukan. (Troy dkk., 2016)
Kesimpulan
Secara keseluruhan, literatur yang ada menunjukkan bahwa cognitive reappraisal adalah cara yang efektif untuk mengubah emosi negatif dan positif dalam jangka pendek dan panjang. Namun, efek penilaian ulang terhadap respons fisiologis di laboratorium beragam. Cognitive reappraisal dinilai lebih unggul daripada penerimaan (acceptance) untuk mengurangi emosi negatif.
Penilaian ulang cenderung dikaitkan dengan pelepasan emosional lebih cepat dalam situasi negatif. Mengingat bahwa individu berbeda dalam hal reaktivitas emosional dan fisiologis terhadap rangsangan emosional, ini menunjukkan bahwa cognitive reappraisal cenderung memiliki efektif secara berbeda tergantung pada karakteristik individu tertentu (misalnya, reaktivitas emosional, reaktivitas fisiologis) serta tuntutan kontekstual tertentu (misalnya, durasi stresor).
Referensi
Buhle, J. T., Silvers, J. A., Wage, T. D., Lopez, R., Onyemekwu, C., Kober, H., … Ochsner, K. N. (2014). Cognitive reappraisal of emotion: A meta-analysis of human neuroimaging studies. Cerebral Cortex, 24(11), 2981–2990. https://doi.org/10.1093/cercor/bht154
Greeson, J., Eisenlohr-moul, T., & Approaches, M. T. (2016). Mindfulness-Based Stress Reduction for Chronic Pain.
Troy, A. S., Brunner, A., Shallcross, A. J., Friedman, R., & Jones, M. C. (2016). Cognitive Reappraisal and Acceptance: Effects on Emotion, Physiology, and Perceived Cognitive Costs. Physiology & Behavior, 176(1), 139–148. https://doi.org/10.1037/emo0000371